Kamis, 22 April 2010

IBNU SINA

1. Biografi Ibnu Sina
Ibnu sina lahir pada masa kekacauan, ketika pada masa khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri mulai berdiri sendiri. Kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan dikuasai oleh golongan Banu Buwaih pada tahun 334 H.
Nama lengkapnya Abu Ali al-Husein ibn al-Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia lahir di desa Afsyanah, dekat Bukhara, Transoxia(Persia utara) pada tahun 370 H(8-980 M). ayahnya berasal dari kota Balakh kemudian pindah ke Bukhara pada masa raja Nur ibn Mashur dan diangkat oleh raja sebagai penguasa di Kharmaitsan, satu wilayah dari kota Bukhara. Di kota ini ayahnya menikahi Sattarah dan mendapat 3 orang anak, Ali, Husein dan Muhammmad.
Ia dibesarkan di daerah kelahirannnya. Ia belajar al-Quran denganmenghapalnya dan belajar ilmu-ilmu agama serta astronomi, sedangkan usianya baru 10 tahun. Kemudian ia belajar matematika, fisika, logika dan metafisika. Setelah itu ia belajar ilmu kedokteran secara otodidak.
Ketika usianya belum mencapai 16 tahun ia sudah menguasai ilmu kedokteran. Kepandiannya tidak hanya teori saja, melainkan segi praktik pun ia menguasai. Semua itu dilakukannnya tanpa pernah bosan membaca buku-buku filsafat. Bila ia menemukan kesulitan ia langsung minta pertolongan kepada Allah. Sering ia tertidur karena kepayahan membaca.
Ketika mencapai usia 17 tahun, Nuh ibn Mansur, menderita sakit yang tidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masnya. Namun ia dapat mengobatinya. Sejak itu Ibnu Sina mendapat sambutan yang baik. Serta sejak itu ia sering mengunjungi perpustakaan yang memuat buku-buku penting.
Di usianya yang ke-22 ayahnya meninggal dunia. Musibah itu menjadi suatu pukulan baginya, sehingga ia pindah dari Bukhara menuju jurjan dan bertemu dengan Ubaid al-Jurjani yang kemudian menjadi muridnya.
Ibnu sina ialah salah satu filosuf islam yang terkenal di Barat, yang lebih dikenal dengan sebutan Avicenna atau Aristoteles baru. Ia mengadakan berbagai pendekatan dalam filsafatnya, terutama bidang kedokteran.
Selama hidupnya penuh denga kesibukan bekerja dan mengarang. Karena hal itulah mengakibatkannya tertimpa penyakit dingin yang tidak dapat disembuhkan. Pada tahun 428 H ia meninggal dunia di Hamadzan.


1. Karya Ibnu Sina
Ibnu sina tidak pernah mengalami ketenangan dalam hidupnya dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukkan ia berhasil mengarang buku. Kesuburan pikirannya itu karena:
 Ia pandai mengatur waktu
 Kecerdasan otak dan kekuatan ingatannya.
Karya-karya cemerlang ibnu sina antaranya:
1.as-Syifa, buku filsafat yang terpenting dan terbesar. Buku ini terdiri dari 4 bagian yaitu logika,fisika, matematika dan metafisika.
2. al-Syarat wat tanbihat, buku terakhir yang paling baik serta pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892.
3. An-najat, merupakan ringkasa buku as-Syifah
4. al-Qanun, yang pernah diterjemahkan dalam bahasa latin dan menjadi buku standar untuk universitas Eropa.

Risalah lainnnya kebanyakkan dalam lapangan filsafat, etika, logika, psikologi. Seperti risalah Itsbat an Nubuwah li ibnu Sina

3. Filsafat Ibnu Sina
1. Metafisika
Mengenai metafisika ibnu sina membicarakan sifat wujudiyah sebagai suatu yang terpenting dan mempunyai kedudukkan paling tinggi atas sifat lain, meskipun esensi . Dalam paham ibnu sina esensi terdapat dalam akal sedangkan wujud terdapat di luar akal. Maksudnya ialah, bahwa esensi itu masih berada dalam pemikiran sedangkan wujud telah berada di luar akal dalam suatu bentuk atau telah terealisasi dari pemikiran. Tanpa wujud, esensi itu tidak mengandung arti. Oleh karena itu, wujud lebih penting dari esensi.
Dalam mengkaji wujud ibn Sina, sebagai mana filosof muslim terdahulu seperti al-Farabi yang terkenal dengan teori emanasi. Artinya tuhan adalah sumber dari segala sumber esensi.. dari tuhanlah sumber kemaujudan yang mesti yang mengalir intelegensi pertama, sendirian karena berasal dari yang tunggal. Namun, sifat intelegensi pertama itu tidak selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya tetapi ia hanya bersifat mungkin serta kemungkinan itu diwujudkan oleh tuhan. Dari kedua sifat itu yang sejak melingkupi seluruh ciptaan di dunia, intelegensi pertama memunculkan dua kemaujudan yaitu; (1). Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualisasi dan (2). Lingkungan pertama dan tertinggi berdasarkan segi terendah dari adanya, kemungkinan alamiyahnya. Proses pemancaran kedua sifat ini terus berjalan hingga mencapai intelegensi ke 10 yang mengatur dunia ini.
Jika dikatakan bahwa tuhan dan hanya tuhan saja yang memiliki wujud tunggal secara mutlak sedangkan sesuatu yang lain bersifat mendua, karena sifat tuhan itu tunggal dan apabila dikatakan bahwa tuhan itu dan kenyataan nya itu ada, bukan merupakan dua unsure dari satu wujud tetapi merupakan suatu unsure atomikdalam wujud yang tunggal.
Jika dikombinasikan antara esensi dan wujud akan mempunyai suatu kombinasi, diantaranya:
1. esensi yang tidak dapat mempunyai wujud, misalnya, adanya sekarang ini juga kosmos lain di samping kosmos yang ada
2. esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud, misalnya, jagad raya ini yang awalnya tidak ada, kemudian ada dan akhirnya hancur menjadi tidak ada.
3. esensi yang harus mempunyai wujud, esensi tidak bisa dipisahkan dengan wujud, esensi dan wujud adalah sama dan satu. Di sini esensi tidak berwujud dan kemudian berwujud, sebagaimana halnya dengan esensi dalam kategori
yang kedua, tetapi esensi mesti dan wajib mempunyai wujud selama-lamanya. Yang serupa ini disebut mesti berwujud yaitu tuhan.
Dengan kombinasi itu, tuhan adalah unik, bahwa tuhan adalah kemaujudan dan segala sesuatu yang lain bergantung pada diri kebesaran tuhan. Kemaujuda itu harus satu dan tidak boleh adanya sesuatu kelipatan sifat atas-Nya.
Tuhan dan hakikatnya adalah identik dengan eksistensi-Nya. Ini bukanlah suatu kejadian bagi wujud lain, karena tidak ada kejadian lain yang eksistensinya identik dengan esensinya.tuhan itu tidak beresensi jadi ia adalah mutlak sederhana dan tidak dapat diberikan suatu definisi yang lebih mendetail.


2. jiwa
Para filosof yang memperhatikan masalah jiwa sejak Plato dalam dialognya yang mengemukakan tentang keabadian jiwa. Aristoteles juga dikenal sebagai psikolog klasik. Namun, perhatian ibn sina terhadap masalah jiwa lebih serius karena ia menulis masalah jiwa sejak muda. Ia sering menghubungkan masalah kejiwaan dengan metode kedokteran. Ia juga menunjukkan hubungan antara jiwa dan tubuh.
Dalam membahas masalah jiwa , ia tidak keluar dari filsafatnya secara global, dalam usaha menghimpun, menyusun dan mengkompromikan atau menyeleksi. Ketika memadukan sesuatu ia mempunyai tujuan tertentu dengan metodenya sendiri. Sehingga ia tetap memiliki kararteristik yang bebeda dengan filosof lain.
Filosof yang berpengaruh terhadap ibn sina dalam hal kejiwaan adalah Aristoteles yang banyak memberikan inspirasi bagi perkembangan pemikiran psikologinya. Akan tetapi, psikologi ibn sina berbeda dengan psikologi Aristoteles yang mengatakan bahwa dalam jiwa itu ada aspek fisik dan aspek metafisik. Psikologi fisik ibn sina diwarnai dengan orientasi eksprimental dan banyak dipengaruhi teori kedokteran. Sedangkan dalam psikologi metafisik terhadap pendalaman dan pembaharuan.
Ibn sina membagi filsafat menjadi dua disiplin ilmu yaitu ilmu teoritis dan praktis. Ilmu teoritis ialah meliputi, fisika, matematika dam metafisika. Dan ilmu praktis meliputi, etika, tata rumah tangga, politik. Studi ilmu jiwa ditempatkan pada ilmu teoritis dan dimasukkan pada ilmu alam. Menurutnya psikologi pada dasarnyaadalah study posifistik eksprimental. Ia juga membagi jiwa kepada 2 bagian:
- segi fisika, membicarakan tentang macam-macam pembagian kebaikan- kebaikan, jiwa manusia, indera.
- Segi metafisik, membicarakan tentang wujud dan hakikat, pertalian iwa dengan badan dan keabadian jiwa.
Untuk mengetahui adanya jiwa, ibn sina beberapa argumen yaitu argument psikofisik, argument “aku” dan kesatuan fenomena psikologis, argument kontinuitas dan argument manusia terbang di udara.

 Argument psiko-fisik
Gerak dapat dibedakan kepada gerak terpaksa, yaitu gerak yang didorong oleh unsure dari luar dan gerak bukan paksaan, yang terbagi menjadi dua :
- gerak yang terjadi sesuai dengan hukum alam, separti batu jatuh dari atas ke bawah
- gerak yang menantang hukum alam, separti manusia yang berjalan di kulit bumi padahal seharusnya manusia diam di tempat karena mempunyai berat badan sama denga benda padat
 argument “aku” dan kesatuan fenomena Kejiwaan
ibn sina membedakan aku sebagai jiwa dan badan sebagai alat. Ketika seseorang berkata, ia akan tidur, maksudnya bukan ia pergi ke tempat tidur atau memejamkan mata dan tidak menggerakkan anggota badan, tetapi adalah seluruh pribadi yang merupakan aku. Aku dalam pandangannya bukan fenomena fisik tetapi adalah jiwa dan kekuatanya.
 Argument kontinuitas
Argument ini mengatakan bahwa masa yang sekarang berisi juga masa yang lampau dam masa depan. Kehidupan rohani yang kemarin dan hari ini tidak terputus oleh tidur, bahkan ada hubungnnya dengan kehidupan yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Hidup itu adalah berubah dalam satu untaian yang tak terputus-putus. Untuk membuktikan jiwa itu tidak putus adalah denga daya ingat manusia tentang masa-masa yang telah lewat. Seperti, jika badan tidak diberi makan dalam waktu tertentu akan berkurang beratnya karena mengalami penyusutan, sedang jiwa tidak berubah.
 Argument manusia terbang
Argument ini yang terindah dan yang paling jelas menunjukkan kreasi ibn sina. Meskipun argument tersebut di dasarkan perkiraan dan khayalan, argument itu ialah: ”andai kata ada seseorang yang mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani, kemudian ia menutup matanya sehingga tak dapat melihat sama sekali apa yang ada di sekilingnya. kemudia ia di letakkan di udara atau dala kekosongan sehingga ia tak merasakan satu persentuhan atau bentrokan, perlawanan dan anggota badannya diatur sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu. Tanpa ragu ia mengatakan dirinya ada. Pada saat itu boleh jadi ia tidak bisa menetapkan bahwa badannya ada. Jika ia mampu menetapkan adanya badan dan anggota badan, maka wujud yang digambarkan tidak mempunyai tempat. Jika saat melayang ia memperkirakan ada tangan atau kakinya, dia tidak mengira apakah itu tangan atau kakinya. Dengan demikian, penetapan tentang wujud dirinya tidak timbul dari indera melainkan dari sumber yang berbeda dengan badannya, yaitu jiwa”.

Jiwa manusia sebagai jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat di bawah bulan, memancar dari akal 10. sebagai Aristoteles, Ibnu sina membagi jiwa dalam tiga bagian :
a) Jiwa tumbuh-tumbuhan, dengan daya-dayanya yaitu:makan, tumbuh, berkembang biak.
b) Jiwa binatang, dengan daya-daya
-gerak
-menangkap,dengan dua bagian:(1). Menangkap dari luar dengan panca indera. (2). Menangkap dari dalam, dengan indera dalam:
 Indera bersama, yang menerima segala yang ditangkap oleh panda indera
 Representasi, yang menyimpan segala apa yang diterima oleh panca indera bersama
 Imajinasi, ynag menyusun apa yang disimpan dalam representasi
 Estimasi, yang menangkap hal-hal yang abstrak yang terlepas dari materi
 Rekoleksi, yang menyimpan hal-hal abstrak yang diterima oleh estimasi.
c) jiwa manusia dengan dua daya
o praktis, yang hubungannya dengan badan
o teoritis, yang hubunganya adalah dengan hal-hal abtrak. Daya ini mempunyai tingkatan
- akal materil, yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir dan belum dilatih walaupun sedikit
- intelecctus in habitu, yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang hal-hal yang abstrak
-akal aktuil, yang tetap dapat berpikir abstrak
- akal mustafad, akal yang telah sangggup berpikir tentang hal-
hal abstrak

3. kenabian
sejalan dengan teori kenabian ibn sina membagi manusia ke dalam 4 kelompok :
1. orang yang kecakapan teoritisnya telah mencapai tingkat penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan seorang guru sedang kecakapan praktisnya telah mencapai puncak yang sedemikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif yang tajam sehingga dapat mengambil pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan yang akan datang.
2. orang yang memiliki kesempurnaan daya intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif.
3. orang yang daya teoritisnya sempurna tetapi tidak daya praktisnya
4. orang yang mengungguli sesamanya hanya ketajaman praktisnya.

Nabi Muhammad memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan sebagai nabi, yaitu memiliki daya imajinasi sangat kuat dan hidup, bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga ia dapat mempengaruhi pikiran orang lain, melainkan juga seluruh materi pada umumnya. Misalnya, apabila kita lapar atau haus, imajinasi kita menyuguhkan di hadapan kita imajinasi-imajinasi yang hidup tentang makanan dan minuman.



Kesimpulan


Ibnu Sina ialah seorang filosof muslim yang terkenal akan kecerdasannya. Ia belajar lebih banyak dengan metode otodidak. Ia juga dikenal sebagai dokter termasyur di masanya.
Dalam menungkap masalah wujudiah Ibnu Sina sama seperti filosof muslim terdahulu, sepeti al-farabi, yaitu dengan metode emanasi. Dimana pada posisi itu Tuhan adalah sumber dari segala sumber, dan yang lain adalah pancarannya. Dalam mengkai jiwa Ibnu Sina lebih dipengaruhi oleh eksprimental dalam bidang kedokteran. Ia juda menggunakan beberapa dalil antarnya psiko fisik, aku dan kesatuan fenomena kejiwaan, kelangsumgan (kontinuitas), manusia terbang , serta ia jung membahas kenabian, yang mengkategorikan nabi itu ialah seorang manusia yang mempunyai daya imajinatif yang tinggi dan hidup.





DAFTAR PUSTAKA

Departemen RI. Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru, 1988
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990
M.A. Syarif, Para Filosof Muslim,Bandung: Mizan, 1995
Mustofa, H.A, Filsafat Islam, Bandung:Pustaka Setia , 1997
Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997
Poerwantana, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar